Home » Kesenian » Tari Melinting Asal Lampung | Sejarah, Fungsi, Gerakan & Busana

Tari Melinting Asal Lampung | Sejarah, Fungsi, Gerakan & Busana

Tari melinting adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Lampung. Tarian ini cukup populer dan berkembang sejak agama Islam masuk ke Indonesia.

Tapi sayangnya, tarian ini belum cukup dikenal oleh masyarakat Lampung sendiri.

Tarian ini adalah salah satu peninggalan Kerajaan Melinting yang diciptakan oleh Ratu Melinting II pada abad ke 16. 

Tarian ini adalah tarian yang tertua di daerah Lampung dan sering dipakai untuk melengkapi beberapa upacara adat yang diadakan oleh kerajaan Melinting.

Tarian ini juga menggambarkan bagaimana masyarakat bersyukur atas nikmat dan kebahagiaan yang sudah mereka dapatkan.

Kemudian menggambarkan bagaimana kekuasaan dan keagungan Ratu Melinting dalam memimpin kerajaan pada masa itu. 

Sebelum mengalami perubahan penyempurnaan pada tahun 1958, tarian ini mutlak dimiliki oleh keluarga kerajaan dari Keluarga Ratu Melinting. 

Sejarah Tari Melinting

Sejarah Tari Melinting
wikimedia.org

Tari melinting adalah bagian dari budaya lampung yang dulunya merupakan persembahan untuk menyambut tamu Raja dan acara-acara sakral adat seperti Gawi Adat.

Tari melinting berasal dari Kecamatan Melinting, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur yang menggambarkan keperkasaan dan keagungan Keratuan Melinting.

Pada masa lampau, yang boleh menarikan tarian ini hanyalah orang-orang tertentu seperti putra dan putri Keratuan Melinting.

Karena tarian Melinting ini merupakan tarian keluarga ratu kerajaan Melinting. Kemudian tarian ini digunakan untuk upacara sakral. 

Pada tahun 1958, tarian ini mengalami perkembangan dan penyempurnaan menjadi tarian rakyat. Kemudian sering ditampilkan di berbagai acara besar seperti upacara penyambutan, perayaan, ataupun acara budaya yang diselenggarakan di sana.

Perlahan-lahan tarian Melinting menjadi salah satu tarian masyarakat khas Lampung dan masih bertahan sampai saat ini. 

Seiring perkembangan zaman, tarian ini bukan hanya digunakan untuk upacara sakral saja, namun bisa juga digunakan untuk acara besar seperti penyambutan tamu.

Selain penyambutan tamu, tarian ini juga dipakai masyarakat Lampung sebagai ungkapan rasa syukur dan kebahagiaan.

Saat ini tarian Melinting sudah menjadi tarian pertunjukan, bukan lagi tarian pelengkap upacara.

Yuk, kepoin juga: Sejarah Manuk Rawa

Fungsi dan Makna Tari Melinting

Fungsi dan Makna
pikiran-rakyat.com

Pada awalnya, tarian ini hanya dianggap sebagai kesenian yang sakral atau sembah dan hanya dipentaskan saat acara khusus saja.

Contohnya acara gawai adat dan hanya bisa ditampilkan di balai adat.

Tapi, ternyata tarian ini juga mengalami perubahan dari segi fungsi, yaitu menjadi bentuk tarian umum dan hiburan yang bisa dinikmati kapan saja. 

Kalau dilihat dari makna yang terkandung dalam setiap babak pertunjukannya yaitu:

  • Babak pembukaan, yaitu menggambarkan bentuk rasa hormat pada para tamu atau penonton.
  • Kaguwo Ratu, bermakna kelemahlembutan dari penari wanita dan kelincahan dan keperkasaan dari penari pria.
  • Babak Kenui Melayang, menggambarkan keanggunan dan keagungan para penari.
  • Babak Penutup, menggambarkan rasa hormat untuk para tamu dan penonton.

Selain dari segi babaknya, makna tari melinting juga bisa dilihat dari segi gerakannya, yaitu:

  • Gerak lapah alun, artinya masyarakat Lampung sangat hati-hati, cermat dan teliti dalam melakukan tindakan.
  • Gerakan sembah, artinya sikap rendah hati, sopan santun dan hormat.
  • Gerak sukhung sekapan, artinya seseorang merasa kesepian dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
  • Gerakan babar kipas, artinya kesepian laki-laki dalam mencari nafkah untuk keluarga.
  • Gerak mampang khandu, artinya keperkasaan laki-laki.
  • Gerakan cak embung, artinya kelincahan dalam melakukan tindakan dan mengambil keputusan laki-laki.
  • Gerakan balik palau, bermakna eksistensi yang ingin ditunjukkan oleh masyarakat Lampung.
  • Gerak salaman, bermakna penduduk Lampung ramah dan terbuka.
  • Gerakan lago puyuh, bermakna sikap pantang menyerah dan berani dari seorang pria dalam mengambil semua resiko.
  • Gerak saman niti batang, bermakna kegigihan dan rendah hati.
  • Gerak timbangan, bermakna keseimbangan dalam menjalani kehidupan.
  • Gerakan kenui melayang, bermakna kemerdekaan dan kebebasan yang dimiliki oleh wanita Lampung.
  • Gerak nginyau bias, bermakna sikap lemah lembut wanita dalam memahami nilai kewanitaan.
  • Gerakan nigiyaka lado, bermakna sikap penyayang dan peduli terhadap keluarga dari seorang wanita.

Gerakan, Iringan dan Pola Lantai Tari Melinting

Gerakan, Iringan dan Pola
wikimedia.org

Tarian ini memiliki ragam gerakan yang bisa dibedakan menjadi dua jenis, dilihat dari jenis kelamin para penarinya. 

Untuk penari laki-laki, ragam geraknya adalah babar kipas, jong sumbah, sukhung, sekapan balik palau, lapah ayam, luncat kijang, niti batang, suali dan salaman.

Sedangkan untuk wanita, ragam geraknya adalah lapah ayam, nginjak tahi manuk, nginjak lado, ngiyan bias, timbangan, jong sumbah, sekapan, sukhung dan bakar kipas.

Gerakan yang dilakukan para penari pria dan wanita ini cenderung berbeda. Karena didominasi oleh gerakan yang lincah dan dinamis.

Tarian ini juga diiringi oleh alunan musik tradisional yang terdiri dari kalo bala, gong, gendang dan beberapa alat musik tambahan lainnya. 

Selain itu, menurut sumber lain mengatakan bahwa adanya pengaruh agama Islam, sehingga ada jenis tabuhan yang digunakan dalam tarian ini. Jenis tabuhan tersebut adalah instrumen yang disebut talo balak (kelittang).

Pola lantai yang digunakan dalam tari melinting adalah sebagai berikut:

  • Lapah alun (putra), biasanya menggunakan pola lantai garis lurus horizontal.
  • Lapah alun (putri), menggunakan dua baris pola lantai vertikal.
  • Sembah pembuka (putra dan putri), pola lantainya garis lurus horizontal.
  • Mampang randu (putra), menggunakan pola lantai garis lurus horizontal.
  • Surung sekapan (putra), menggunakan pola dua baris lantai vertikal.
  • Babar kipas (putra), menggunakan dua baris pola lantai vertikal.
  • Kenui melayang (putri), menggunakan dua baris pola lantai vertikal.
  • Sembah penutup (putra & putri), menggunakan pola lantai garis lurus horizontal.

Busana dan Properti Tari Melinting

Busana dan Properti
patadaily.id

Busana yang dipakai para penari dalam setiap penampilannya adalah pakaian tradisional berupa jung sarat, gelang kano, siger bercadar, bunga pandan, subang, kalung buah jakun, tapis, gelang rui sesar purhanda dan bulu seretei. 

Begitu juga dengan busana untuk pria berupa kopiah emas, sesapur handap, celana teluk belanga, papan jajar, bulu seretei, jung sarat, kembang melur, bunga pandan dan injang tuppal.

Dalam setiap pertunjukannya, tari melinting akan dibawakan oleh para penari wanita dan pria.

Biasanya jumlah penari ada 8 orang yang terdiri dari 4 penari pria dan 4 penari wanita.

Mereka semua akan mengenakan busana adat, diiringi oleh alunan musik pengiring sambil melakukan gerakan yang khas dan memakai kipas sebagai aksesoris menarinya.

Saat pertunjukan, tarian ini akan dibagi menjadi beberapa babak seperti babak pembukaan, babak kugawa ratu, babak kenui melayang dan babak penutup. 

Sampai saat ini, tarian ini selalu digunakan untuk menjadi tarian utama dalam berbagai acara adat dan budaya di Lampung. Biasanya tarian ini digunakan sebagai media promosi wisata yang ada di daerah Lampung.

Hal ini dilakukan dengan tujuan mempertahankan budaya dan mengenalkan kepada generasi muda supaya tetap bisa mengenal tarian ini.

Selain itu, bisa juga sebagai ajang pelestarian tarian supaya tidak hilang tergerus oleh majunya zaman. 

Itulah penjelasan mengenai seni tari melinting asal Lampung. Semoga dengan adanya artikel ini bisa menambah pengetahuan dalam hal budaya dan bisa membantu menyelesaikan tugas kamu. Terima kasih.

Leave a Comment