Home » Sejarah » Apa itu Kebudayaan Abris Sous Roche ? | Sejarah, Fungsi & Penemuannya

Apa itu Kebudayaan Abris Sous Roche ? | Sejarah, Fungsi & Penemuannya

Pasti banyak orang yang bertanya-tanya mengenai kebudayaan Abris Sous Roche ini.

Ya, sekilas memang istilah tersebut sangat asing terdengar di telinga.

Apalagi bagi orang Indonesia, karena penulisan katanya saja cukup susah untuk dibaca.

Akan tetapi, siapa sangka bahwa istilah inilah yang dipakai dalam penamaan purba.

Nah, siapa sih yang nggak kenal manusia purba?

Pastinya hampir semua yang tengah membaca artikel ini sudah tahu lah itu!

Dimana manusia purba ini yaitu manusia yang ada di jaman dulu sebelum lahirnya peradaban. Sehingga bentuk maupun struktur tubuhnya juga mirip dengan manusia masa kini.

Tetapi memang nggak sama persis sebab ada beberapa perbedaan, dan salah satunya yaitu kapasitas otak yang dimilikinya.

Supaya memperjelas pengertian dan beberapa informasi penting seputar kebudayaan Abris Sous Roche, maka Anda boleh baca ulasan Genemil kali ini sampai tuntas.

Artikel ini bakal sangat membantu dalam menambah wawasan kalian terkait kebudayaan Abris Sous Roche di Indonesia.

Pengertian Kebudayaan Abris Sous Roche

Umumnya, pengertian abris sous roche adalah gua yang memiliki bentuk ceruk pada karang yang digunakan untuk tempat tinggal (rumah) bagi manusia purba di era mesolitikum.

Dengan begitu, kebudayaan ini menunjukkan adanya pola tempat tinggal yang menetap di gua-gua.

Sejarah Kebudayaan Abris Sous Roche

Sejarah Abris Sous Roche

Abris sous roche adalah sebagai bukti bahwa manusia dari zaman prasejarah telah dapat menghasilkan kebudayaan yang bisa jadi cikal bakal kehidupan di zaman modern.

Adapun salah satunya yakni ditandai dengan oleh adanya konsep rumah yang telah ada sejak zaman Mesolitikum ini.

Oke, di bagian ini, kita akan bahas secara lebih dalam sejarah kebudayaan ini.

Van Stein Callenfels merupakan seseorang yang meneliti adanya kebudayaan abris sous roche di Indonesia, tepatnya di Gua Lawa, Sampung Ponorogo (1928 – 1931).

Lantas penemuan ini dikenal sebagai Sampung Bone Culture yang kemudian didasarkan oleh tempat dan penemuan alat-alat prasejarah dengan terbuat dari tulang.

Callenfels juga sudah meneliti banyak artefak peninggalan bersejarah. Kemudian menemukan goa alami yang berada dekat dengan daerah Sampung, Ponorogo.

Ketika ditemukan, keadaan di dalam goa bukanlah kosong, tetapi diisi dengan artefak bersejarah lainnya.

Ada berbagai macam peralatan yang disinyalir dibuat sebagai perkakas sehari-hari oleh manusia purba.

Terdapat alat yang terbuat dari tulang, serta ada juga yang menyerupai kapak pendek dan kapak Sumatera khas masa Paleolitikum.

Selain ditemui di daerah Ponorogo, abris sous juga ada di daerah Besuki, Jawa Timur. Kemudian ada pula yang digali dari reruntuhan goa di sekitaran Pulau Rote.

Adapun peneliti selanjutnya yang menemukannya nggak lagi Callenfels, melainkan Alfred Buhler.

Dimana teori yang dibikin oleh Buhler adalah goa peninggalan dari bangsa Papua Melanesoide.

Disamping itu, abris sous ini juga ditemui di wilayah Lamoncong, Sulawesi Selatan. Masyarakat sekitar menyebut ini sebagai toala.

Untuk hasil kebudayaan masyarakat prasejarah ini memiliki inti yakni pebble dan flakes.

Khususnya bisa dijumpai di Goa Leang Pattae yang mana artefak di dalamnya telah dilakukan pengkajian dan dimuseumkan.

Kalau dilihat melalui struktur bangunannya, akan sangat sulit buat mengklasifikasikan apakah goa ini menjadi peninggalan suku tertentu atau cuman sekadar goa biasa saja.

Nggak ada karakteristik unik yang membedakan antara satu suku dengan suku yang lainnya.

Akan tetapi, goa yang menjadi tempat tinggal suatu bangsa atau suku dapat dilihat melalui artefak peralatan yang ada di dalamnya.

Apabila terdapat artefak peninggalan kebudayaan di lokasi tersebut, maka bisa dipastikan bahwa goa tersebut sudah pernah ditinggali oleh manusia prasejarah dulunya.

Penemuan Artefak pada Kebudayaan Abris Sous Roche

Sebetulnya sih terdapat banyak temuan goa yang telah berhasil ditemukan dan dikaji oleh van Koenigswald beserta para pakar sejarawan lainnya.

Dimana hampir semuanya memiliki kesamaan garis besar yakni ada pada artefak peralatan kehidupan di dalam goa sehari-hari.

Dengan penemuan artefak itu, maka semakin menguatkan pendapat bahwa abris sous adalah konsep awal dari rumah (tempat tinggal).

Atas penemuan tersebut, kemudian memunculkan peneliti-peneliti lainnya yang akhirnya melakukan riset terhadap objek Abris sous roche.

Adapun beberapa ahli yang melakukan penelitian tersebut antara lain :

1. Alfred Buhler

Pertama adalah Alfred Buhler. Dia melakukan penelitiannya itu di daerah Timor dan Rote.

Dari hasil penelitiannya, ia berhasil menemukan Flakes Culture dari Kalsedon dimana ini mempunyai tangkai.

Temuannya itu diperkirakan adalah hasil peninggalan dari bangsa Papua Melanesoid.

2. Van Heekeren

Kedua adalah Van Heekeren. Dimana penelitian berikutnya dilakukan di Jawa Timur yakni daerah Besuki.

Penemu Heekeren ini berhasil menemukan kapak Sumatra serta kapak-kapak pendek disasak.

Kemudian di dalam abris sous roche tersebut juga dijumpai beberapa model teknologi yang terbilang sangat sederhana.

Pertama terdapat alat tulang, yang sebagian besarnya ditemukan di dalam goa-goa Jawa seperti di Goa Lawa.

Alat tersebut mempunyai bentuk yang lancip, yakni seperti belati yang dibuat dari bahan tanduk, Selain itu, ada juga yang berupa mata kail yang fungsinya adalah menangkap ikan di sungai.

Kedua, ada pula serpih bilah yang biasanya dipakai untuk senjata berburu.

Dimana untuk permukaannya sendiri adalah kasar serta memiliki bentuk yang geometris.

Bahan dalam pembuatan senjata ini biasanya berasal dari batuan andesit, kalsedon maupun batu gamping.

Namun, yang paling banyak dijumpai yaitu di goa-goa di Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara.

Fungsi Abris Sous Roche

Nah, dari sekilas penjelasan pengertian abris sous roche diatas bisa kita ketahui bahwa dulunya mempunyai peranan sebagai tempat tinggal (rumah) bagi manusia purba yang telah mulai hidup menetap di gua-gua tersebut.

Lebih tepatnya masa ini terjadi pada zaman Mesolitikum.

Singkatnya, Mesolitikum dapat disebut juga sebagai zaman batu madya.

Sehingga kehidupan manusia zaman Mesolitikum di Indonesia nggak jauh berbeda dengan masa Paleolitikum.

Dimana manusia di era tersebut masih mengandalkan menangkap ikan dan berburu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Akan tetapi, hal yang membedakannya adalah mereka itu mulai tinggal menetap di goa-goa serta mulai bercocok tanam sederhana.

***

Gimana Sobat Genemil?

Sudah mulai paham dong pembahasan kita mengenai kebudayaan Abris Sous Roche ini?

Kalau gitu, jangan lupa yah! Share ke teman-teman kalian semua. Semoga materi berharga ini dapat menambah wawasan dalam belajar 😀

Leave a Comment